READ IT!

Tempat menuangkan ide, kisah, dan perjalanan hidupku...

Kamis, 29 September 2011

HIDUPKU


Berasal dari keluarga dengan profesi bapak sebagai seorang PNS. Semenjak kecil hidup berpindah-pindah mengikuti dinas yang diikuti orang tua.

Tempat pertama saya adalah Bantul, Jogjakarta, di kota kecil inilah saya dilahirkan pada tanggal 2 Agustus 1992 dan hidup di keluarga kecil yang bahagia ini. Tidak banyak hal yang saya ingat selama berada di kota ini. Hingga akhirnya pada tahun 1994 ayahku di pindahkan ke Tarakan, sebuah pulau kecil yang cukup terkenal di daerah Kalimantan Timur. 

Namun aku, kakak dan ibuku tidak mengikuti bapak ke Tarakan, untuk sementara waktu kami menetap di Yosowilangun, Lumajang, Jatim, di rumah orang tua dari ibu saya, atau kakek saya. Di sini ibu mengandung adik saya hingga melahirkannya pada tanggal 7 Mei 1995.

7 Bulan kemudian, bapak kembali ke jawa untuk menjemput kami semua untuk ikut tinggal di Tarakan. Bukannya menyiksa keluarga, namun bapak ingin merawat dan membesarkan semua anak-anaknya dengan cara didikannya sendiri, sehingga sesulit apapun tetap diusahakan oleh beliau. Akhirnya kami sekeluarga pun pergi menggunakan pesawat, dengan kondisi adik yang masih sangat kecil, adik pun diberi perlakuan khusus, yaitu dengan di beri kapas di telinganya, karena telinga anak yang masih kecil sangatlah peka terhadap perubahan tekanan udara. 

Di atas bandara Tarakan terjadi sebuah masalah yang cukup serius ketika pesawat hendak landing, roda-roda pesawat tidak mau keluar, sehingga mengakibatkan pesawat tak kunjung landing. Sempat terjadi kepanikan yang cukup heboh di dalam pesawat ini, bahkan keluargaku yang pada awalnya duduk terpisah-pisah dihimbau untuk saling berdekatan 1 sama lain. Tak lama kemudian roda-roda pesawat berhasil keluar di tengah keterbatasan bahan bakar yang tersedia di pesawat. Rasa syukur bersama-sama kami panjatkan begitu kami dapat mendarat dengan selamat. Di kota ini kami memulai kehidupan yang baru, dengan banyak hal yang baru di sekeliling kami.

Pada tahun 1998 ayahku kembali dipindahkan ke kota Kandangan, Kalimantan Selatan. Karena jarak yang tak begitu jauh kami sekeluarga langsung bersama-sama pindah ke kota kecil di selatan kalimantan ini. Kota yang sangat berkesan bagiku karena keramahan dan keluguan warganya yang luar biasa, mereka berkawan tanpa pamrih, memberi tanpa merasa rugi, dan melakukan banyak hal bagi orang lain tanpa memandang untung dan ruginya. Dunia anak-anak di sana didukung oleh orang tua mereka, tidak ada saling melarang untuk berteman. Di sana saya bersekolah dari Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Dasar. Sekolah dasar saya disana adalah SDN Kandangan Kota 3, sekolah yang sangat sederhana namun saya dapat merasakan bimbingan para gurunya yang sangat sabar. Pada tahun 2000 kami kembali dipindahkan, saya pun pindah sekolah pada saat kelas 2 SD.

Keluarga saya dipindahkan ke kota kecil di provinsi Jawa Timur, kabupaten Situbondo namanya. Pertama kali meninjakkan kaki di kota ini saya merasa agak heran, karena kota ini sangat ramai jika dibandingkan dengan kota Kandangan, banyak bus dan truk yang berlalu lalang di jalanan utama kota ini. Pertama kali di Situbondo kami mengontrak di Jl. Mawar gg 5 no 2, bahkan hingga saat ini saya masih ingat nomor telepon rumah tersebut 672046. Selama 2 tahun keluarga kami mengontrak di rumah itu. Lalu kami mendapat kesempatan untuk menempati sebuah rumah dinas kantor di Jl. Rambutan no 5, rumah ini jauh lebih sederhana jika di bandingkan dengan rumah kontrakan kami sebelumnya, namun kami sangat bersyukur dapat menempati rumah kecil namun membahagiakan ini. Pendidikan saya di Kota ini di Sekolah Dasar Kristen Immanuel yang merupakan salah satu sekolah dasar terkemuka karena kualitas dan prestasi anak-anak yang lulus dari tempat ini benar-benar nyata. Disini saya berteman dengan anak-anak dari pengusaha-pengusaha swasta di kota ini, bahkan hubungan kami tetap terjaga dengan baik hingga saat ini (2000-2011). Kehidupan saya dikota ini harus berakhir dengan keluarnya SK pindah tugas yang diterima bapak, itu terjadi pada tahun 2004, dimana bertepatan dengan lulusnya kakak saya dari SMAN 2 Situbondo, dan lulusnya saya dari SDK Immanuel, namun adik saya beru menginjak kelas 4 SD.

Tahun 2004 kehidupan baru kami dimulai kembali, kami dipindahkan ke Surabaya, Jawa Timur. Kami tinggal di rumah dinas di daerah Jemur andayani, dan saya pun melanjutkan pendidikan SMP di SMPN 13 Surabaya, sebuah sekolah negeri yang sangat dekat dengan rumah saya. Lulus dari SMPN 13, saya melanjutkan ke SMAN 16 Surabaya, berdasar berita yang ada SMA ini memiliki kualitas yang tidak kalah jika dibandingkan dengan SMAN lainnya. Disini saya mendapatkan banyak sekali teman.

Tahun 2010, ini adalah tahun kelulusan saya dari SMAN 16 Surabaya. Setelah itu saya melanjutkan dengan mengikuti berbagai ujian untuk mendapatkan kursi di perkuliahan dengan harga relatif murah. Saya mengikuti SNMPTN, USM STAN dan UM PENS. Untuk SNMPTN saya mengambil program IPC sehingga mendapat 3 pilihan jurusan, jurusan yang saya pilih adalah Teknik Informatika “ITS”, Ilmu Hukum “Univ. Airlangga”, dan Teknik Elektro “ITS”. Banyak orang meremehkan karena pilihan saya mereka anggap tanpa dasar dan gambling, namun saya tetap menjalaninya dan memberikan yang terbaik. Lalu pada USM STAN saya memilih D3 Bea dan Cukai, D3 Kebendaharaan Negara, D3 PPLN. Sedangkan pada UM PENS saya memilih D4 Teknik Komputer, dan D4 Teknik Informatika. Saya mengikuti UM PENS sendiri karena khawatir SNMPTN dan USM STAN tidak tembus.

Pengumuman pun terbit, pertama kali berita menyenangkan itu datang dari UM PENS meskipun hanya menjadi cadangan di D4 teknik komputer, lalu diikuti dengan pengumuman program S1 Ilmu hukum UA. Orang tua saya sangat senang ketika pengumuman SNMPTN, karena saya diharapkan dapat meneruskan  peran bapak sebagai PNS di bidang hukum. Namun pengumuman STAN pun terbit, saya dinyatakan lolos tes tulis dan berhak mengikuti tes kesehatan dan kebugaran sebagai syarat untuk lolos Spesialisasi Bea dan Cukai, namun nahas saya gagal karena mata saya menderita silinder 0,5 sehingga tidak dapat lolos. Saya pun mulai mantap melangkahkan kaki ke Ilmu Hukum UA, namun pada tanggal 3 Agustus 2011 ternyata nama saya tertera sebagai peserta yang lolos USM di Spesialisasi Kebendaharaan Negara, betapa senang bingung dan ragunya saya untuk memilih diantara dua jurusan ini. Yang satu memiliki kualitas yang sudah nyata, yang satu lagi menjamin pekerjaan. Dengan pertimbangan, saran, dan banyak masukan dari kedua orang tua saya, akhirnya saya memutuskan untuk mengambil kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di STAN.  Hari-hari itu adalah hari yang hingga saat ini bisa saya banggakan kepada kedua orang tua saya, karena saya bisa membuktikan bahwa saya melalukan semuanya sebaik mungkin. Dan saya berharap kedepannya saya dapat lebih membanggakan mereka, saya ingin memberikan mereka sebuah rumah dimasa senja kedua orangtua saya.

11 Agustus 2011, bapak saya mendapat SK tugas di Lubuksikaping, Sumatra Barat sebuah kabupaten kecil yang berjarak sekitar 200km dari kota Padang. Ibu saya pun ikut bapak saya dinas di sana, karena untuk menjaga bapak saya yang sedang sakit. Saat itu akhirnya saya mengurus seluruh persyaratan daftar ulang seorang diri, namun beruntung ada HIMASURYA, sebuah organda di STAN yang mau memfasilitasi saya untuk mencari tempat tinggal dan fasilitas lainnya di Jakarta.

Hingga saat ini keluarga saya terpecah di 4 tempat berbeda, kedua orang tua saya berada di Lubuksikaping, Sumatra Barat, kakak saya sudah menikah pada 2010 dan dia tinggal di Situbondo, Jawa Timur, saya sendiri saat ini tinggal di Bintaro, Jakarta,  sedangka adik saya tinggal bersama paman di Surabaya, Jawa Timur karena dia mendapatkan sekolah favorit disana, dan sangat sayang untuk ditinggalkan.  Hal ini cukup memusingkan bagi saya, dimana kawan-kawan saya yang lain memiliki tujuan libur yang pasti saat libur kuliah, namun saya harus memilih siapa yang dapat dan harus saya prioritaskan.

Saat ini saya bisa terus bertahan di kampus dengan sistem Drop Out yang “keras” ini berkat dukungan dari seluruh keluarga dan sesorang yang barusaja memasuki kehidupanku selama 3 tahun ini, sesorang yang memberi kesan, semangat dan dukungan penuh terhadapku, dan saat ini sedang sama-sama berjuang di kampus yang sama. Saya berharap jalan saya menuju yudisium dapat berjalan dengan lancar bersamanya, sama seperti kakak-kakak alumni yang telah lulus sebelumnya, serta membanggakan kedua orang tua saya dan orang lain lagi, dan lagi hingga akhir hayatku.